“Eh?! Kamu serius?” tanyaku, aku
tidak yakin dengan apa yang telah dikatakan Andre padaku.
“Apa kamu meragukanku?” Andre balik
bertanya.
“Eh, bukan begitu,” jawabku.
“Lalu kenapa bertanya seperti itu?”
tanyanya.
“Yah... kalau orang ditembak
biasanya ngomong gitu kan? Aku sih ikut-ikut aja,” balasku.
“Haha.. Sekar memang lucu, jadi
gimana?” Andre bertanya lagi.
“Ng... kita ketemuan aja ya, nggak
enak ngobrol lewat SMS, sekarang di Simpli Cafe ya, aku tunggu,” kataku.
Andre mengiyakan. Memang kami
ngobrol lewat SMS dan tidak kusangka Andre akan mengatakan hal itu. Aku cukup
terkejut dengan hal itu. Akhirnya aku bertemu dengannya di Simpli Cafe, dan aku
mengatakan ‘ya’ padanya.
Aku Sekar, dan ini pacarku Andre.
Aku seorang mahasiswi, dan Andre pegawai di sebuah perusahaan. Sejak kita
pacaran, Andre selalu mengantar jemputku dari kos-an ke universitas. Aku juga
punya teman kuliah sekaligus teman se-kos-anku. Namanya Gina, anaknya kreatif
dan lucu. Yah.. cukuplah buat hiburan gratis. Gina berasal dari Jawa Timur,
jadi gaya bicaranya agak ‘medok’ dan dia juga yang mengenalkan aku dengan
Andre, kakak sepupunya.
“Kamu serius sama Mas Andre?” tanya
Gina.
“Entahlah, aku juga bingung, kita
kan deket udah lumayan lama, aku agak tertarik sih sama dia, tapi kayaknya
nggak begitu berarti,” jawabku.
“Mas Andre beken lho di kantornya,
cewek-cewek kantornya banyak yang naksir Mas Andre, sayang Maset kalau kamu
lewatin kesempatan berharga ini,” kata Gina.
“Walau dia terkenal di kantornya dan
banyak cewek naksir sama dia, belum tentu aku ngerasain hal yang sama,”
balasku.
“Jadi kamu nggak serius sama Mas
Andre?” tanya Gina dengan logat Jawanya yang kental.
“Bukan gitu...!” jawabku.
“Lha gimana?” tanya Gina.
“Tau ah, gelap!” balasku. Aku
bingung sendiri soal perasaanku.
“Udahlah, pulang yuk,” ajak Gina, ia
diam sejenak lalu berkata, ”oh iya! Kamu kan dijemput Mas Andre.”
“Tuh, orangnya udah dateng,” kataku.
Aku pun diantar pulang Andre. Andre
langsung mengantarku ke kos-an karena kita tidak punya janji. Dan Andre juga
mengajak Gina. Andre cukup kaya, dia selalu menjemputku naik mobil.
Sesampainya di kos-an aku masuk ke
kamar, dan Gina juga ikut masuk ke kamarku.
“Ngapain kamu ikut masuk ke
kamarku?” tanyaku.
“Jadi aku diusir?” Gina balik
bertanya.
“Ya enggak sih, tapi apa yang kamu
lakukan di kamarku?” tanyaku.
“Ngegosipin Mas Andre,” jawab Gina
singkat.
Aku hanya diam.
“Jadi, kamu sebenarnya cinta sama
Mas Andre nggak?” tanya Gina.
“Nggak terlalu,” jawabku. “Aku
bingung soal perasaanku ke Mas Andre, apa aku putus aja ya?”
“Kenapa?” tanya Gina. Ia mengambil
sebungkus kripik kentang dari lemariku lalu memakannya.
“Entah, sudah 2 bulan pacaran sama
Mas Andre tapi rasanya nggak ada yang spesial gitu,” jawabku.
“Ohh.. santai aja ingat lirik
lagunya Tangga, mungkin cinta kan datang
karena terbiasa,” kata Gina sambil
terus melahap kripik kentangku.
“Iyalah, mungkin aku lanjutin dulu
aja,” kataku.
“Nah! Gitwu dwong!” kata Gina. Mulutnya
penuh dengan kripik kentang.
“Eh Gin,” kataku.
“Ya?” tanya Gina.
“Itu bungkus kripik kentang kok
kosong?” tanyaku.
“Ah masa?” kata Gina lalu melihat
isi bungkus kripik kentang di tangannya. “Nggak kosong tuh, masih ada udara di
dalamnya.”
“Memangnya perut kamu, kayak pompa angin,”
balasku.
“Nggak tuh, aku langsing kok,” kata
Gina.
“Kata siapa?” tanyaku.
“Pacarku,” jawab Gina.
“Jelas, pacar kamu kan rabun dekat,”
kataku.
“Iya sih,” balas Gina. “Ya sudahlah,
aku balik ke kamar dulu, daaahh...”
Gina meninggalkan kamarku dan
kembali ke kamarnya. Berkat kata-katanya aku jadi membatalkan niatku untuk
putus dengan Andre. Tapi satu yang aku baru tahu, yaitu tujuan Gina ke kamarku
adalah ‘kripik kentang’ tapi, dari mana dia tahu kalau ada kripik kentang di
lemariku? Radar agen Neptunus? Nggak! Jangan samakan ini dengan film Perahu
Karet.
Ponselku berdering. Telepon dari
Andre, aku mengangkatnya.
“Halo,” sapa Andre.
“Kenapa Ndre?” tanyaku.
“Sore ini ada acara nggak?” tanya
Andre.
“Nggak, kenapa?”
“Ke alun-alun yuk, sekalian cari
makan.”
“Mmm.. boleh,” balasku.
“Ok, aku jemput ya, bye,” kata Andre
lalu menutup teleponnya.
Tak lama kemudian Andre sampai di
kos-anku. Ketika Andre hendak masuk, dia dihadang oleh bapak kos. Bapak kos
menatapnya dengan tajam.
“Laki-laki dilarang masuk!” bentak
bapak kos.
“Lantas mengapa Bapak bisa berada di
dalam?” tanya Andre.
“Itu pengecualian,” kata bapak kos.
“Bagaimana cara mendapatkan
pengecualian tersebut?” tanya Andre.
“Apa maksud kamu?”
“Nggak jadi deh Pak,” kata Andre.
“Kalau saya nggak bisa masuk bisa tolong panggilkan Sekar?”
“Enak saja kamu merintah saya!”
bentak bapak kos.
“Ya sudahlah, saya panggil sendiri
saja.”
Bapak kos merasa Andre akan masuk ke
dalam. Bapak kos memasang kuda-kuda seperti anak yang hendak bermain ‘gobak
sodor’ dan menghalangi Andre. Sementara Andre membuka ponselnya dan menelponku.
“Eh, apa yang Bapak lakukan?” tanya
Andre.
“Menghalangimu masuk,” jawab bapak
kos sambil tetap konsentrasi.
“Siapa yang mau masuk? Saya manggil
Sekar lewat telpon kok,” balas Andre.
“Eh?” bapak kos membubarkan
kuda-kudanya. Dia malu dan salah tingkah ketika mengetahui Andre tidak masuk ke
dalam.
Setelah Andre menelponku aku keluar
dan berangkat bersama Andre. Sepanjang perjalanan aku memperhatikan wajah
Andre. Dia cukup tampan, pantas wanita sekantornya banyak yang menyukainya.
Andre juga orang yang polos dan apa adanya. Tapi kepolosannya tidak
menggangguku.
Ketika sampai di alun-alun Andre
mengajakku makan. Dia membelikanku sebungkus nasi goreng dan satu lagi untuk
Gina. Andre bukan tipe orang yang membosankan, dia selalu punya topik untuk
dibicarakan. Sejak saat itu aku sadar bahwa menerima Andre adalah hal yang
benar. Mungkin yang seperti dia hanya ada satu dari lima puluh orang. Aku makin
menyayanginya.
Setelah mengajakku makan, Andre
mengantarku pulang ke kos-an. Aku biasanya bersikap dingin ketika Andre pulang
dari kos-anku, sekarang aku mulai mengucapkan salam padanya seperti ‘Dah’
‘sampai ketemu besok’ dan sebangsanya.
Malamnya aku merasa cukup bosan.
Gina ke kamarku dan memakan nasi goreng yang dibelikan Andre. Aku mengambil
ponselku dan mengirim pesan ke Andre.
To
: Andre
Bee..
aku kangen banget sama kamu... :*
Aku senyum-senyum sendiri setelah
pesan itu terkirim.
“Bee?” tanya Gina. Ternyata dia dari
tadi memperhatikanku dari belakang.
“Itu panggilan sayang,” balasku.
“Iya, aku tau kok. Tapi kenapa harus
bee? Emang Mas Andre lebah apa?” katanya.
“Haha.. ya enggak lah,” aku membalas
kata-kata Gina.
Ponselku bergetar. Andre membalas
pesan dariku.
From
: Andre
Lho..
tadi sore kan kita baru ketemu Bebz. Di alun-alun, beli nasi goreng. Masa kamu
udah lupa sih Bebz?
<3 Sekar
“Bwahahaha.... Mas Andre, Mas
Andre,” Gina tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha... Abangmu polos banget,”
aku juga tertawa membaca balansan SMS darinya.
Sudah
malam, aku menyuruh Andre segera tidur karena dia harus bekerja besok pagi.
Hari ini aku menjalani hariku penuh
dengan semangat. Hari ini aku janji
ketemuan dengan Andre jam 8 malam. Selain bertemu dengan Andre aku juga punya
urusan lain di luar, jadi sekalian Andre kusuruh mengantarkanku. Aku menanti
saat itu, aku sangat rindu dengannya.
Jam 8 malam. Aku sudah siap dengan
segala persiapan kencanku malam ini. Dan turun hujan lebat, jadi kami
membatalkan janji ketemu. Aku sangat kesal, kenapa harus turun hujan? Lagipula
aku masih punya urusan. Aku tetap harus keluar meski hujan dan tanpa Andre.
“Haha... kasihan deh si ratu. Udah
dandan rapi dan cantik kayak peri,
ternyata hujan dan Andre membatalkan janji,” Gina menertawakanku.
“Aku sebeelll...!!!” kataku kesal.
“Aku punya pantun untukmu!” kata
Gina.
“Apa?”
“Cicak
kecemplung lengo, kadung macak ora sido lungo.”
“Apa artinya?”
“Cicak kecebur minyak, terlanjur
dandan gak jadi berangkat.”
“Sial,” umpatku.
Aku pun tetap keluar dan hujan-hujan
untuk menyelesaikan urusanku. Aku benar-benar kesal malam itu. Tetapi aku tetap
tidak bisa marah kepada Andre.
“Maaf, kemarin aku nggak bisa
ngantar kamu,” kata Andre pagi ini.
“Iya, nggak apa-apa kok. Lagipula
kemarin itu hujannya deres banget, nggak mungkin kita bisa keluar bareng,”
balasku.
“Kamu nggak marah kan?”
“Enggak kok,” jawabku sambil
tersenyum.
Masalah ini kuanggap sudah selesai.
Kini setiap hari kami bertemu. Keliling kota, belanja, mengantar Andre ke
tempat kerja, jalan-jalan, dan lain-lain. Aku makin cinta dengan Andre. Entah
aku bisa bosan dengannya atau tidak. Tapi sepertinya tidak, kepolosannya selalu
membuatku tertawa, kebaikannya selalu membuatku nyaman bersamanya. Aku ingin
bersamanya selamanya. Mungkin dialah cinta matiku.
Hari ini adalah ulang tahunku yang
ke 22. Aku berharap Andre akan mengajakku keluar makan malam, ke alun-alun,
atau tempat-tempat lain. Aku keluar dari kamar. Bapak kos berada tepat di depan
pintu kamarku.
“Ada kiriman dari bocah yang namanya
Andre,” kata bapak kos.
“Iya, terima kasih Pak,” balasku.
Lalu aku membuka bungkusan itu.
Isinya sebuah sepatu sneakers dan
sepucuk surat. Aku membukanya.
Sekar,
selamat ulang tahun!
Semoga
panjang umurmu, makin sehat, makin cantik, pokoknya lebih baik dari tahun
sebelumnya.
Maaf
hari ini aku nggak bisa ketemu kamu. Bos memindahkanku ke luar Jawa. Aku tak
bisa menolaknya. Jadi aku harus terbang
ke luar Jawa pagi ini juga. Maaf kalau hal ini menghancurkan hari yang
seharusnya menjadi hari yang spesial untukmu. Maaf aku tak bisa hadir dan
memberi hadiah ulang tahun langsung padamu. Maafkan aku. Kuharap kau mau
memaafkanku dan tetap melanjutkan hubungan kita walau harus berhubungan jarak
jauh. Kuharap semua tetap berjalan lancar dan tak ada masalah dalam hubungan
kita. Saat aku pulang nanti aku akan memberimu kado lagi.
Tapi,
kalau kamu marah dan tidak bisa menerima keadaanku saat ini juga tdak apa-apa.
Aku tidak akan memaksamu berhubungan jarak jauh denganku.
~Andre,
always love you Sekar~
Aku cukup sedih dengan ini. Tapi
aku tetap tidak bisa menyalahkan Andre. Hatiku berkata untuk tetap bersamanya
walau harus berhubungan jarak jauh. Saat itu juga Gina keluar dari kamarnya.
“Kenapa Kar?” tanya Gina.
“Andre ditugasin keluar Jawa Gin,”
jawabku.
“Ohh.. tapi kamu tetep mau nunggu
Mas Andre?”
“Iya,” jawabku. “Jam berapa
sekarang?”
“10,” jawab Gina.
“Oh! Aku harus lihat drama di TV!”
“Haah.. ditinggal pacarnya pergi
masih sempet aja liat drama,” ejek Gina.
Aku masuk ke kamar dan menyalakan
TV. Gina juga ikut bersamaku. Satu jam kami lihat drama di TV hingga selesai.
Setelah drama, TV menampilkan Breaking News. “Sebuah pesawat tujuan Kalimantan tiba-tiba terbakar dan jatuh pukul 8
pagi tadi. Penyebab terbakarnya pesawat belum diketahui. Ada 10 orang korban
selamat, 9 meninggal, dan 14 orang
lainnya belum ditemukan. Berikut daftar korban meninggal, Heri Setyawan, Titik
Noviasari, Mahendra Syahputra, Didiek Gunawan,...”
“Mahendra.... Syahputra...” aku terkejut
mendengar nama itu.
“Itu kan.. nama Mas Andre...” kata
Gina.
“Nggak mungkin... nggak mungkin
Andre meninggal,” air mataku mulai menetes.
“Kar, Mas Andre...” Gina juga
meneteskan air mata atas kepergian kakaknya.
“Nggak mungkin... Andre udah janji...
akan memberiku hadiah ulang tahun ketika dia kembali.. dia akan mengajakku beli
nasi goreng di alun-alun lagi... dia akan pergi belanja denganku lagi... apakah
semua itu akan terjadi lagi? Gin?” air mataku tak bisa berhenti mengalir.
“Mungkin enggak,” jawab Gina. Air
matanya juga terus keluar.
Aku memeluk Gina. Aku dan Gina
sama-sama merasakan kehilangan. Aku menangis tanpa henti hingga sore. Malam pun
menjadi malam hening tanpa Andre.
Aku berfikir bahwa aku akan merindukannya, merindukan kepolosannya,
kebaikannya, kegokilannya, dan semua yang ada pada dirinya, akan selalu muncul
dalam ingatanku. Aku tak bisa menghapusnya.
Malam ini hujan lagi. Alam seakan
mengerti perasaanku. Hujan deras hingga pagi, aku pun menangis semalaman.
Hingga aku tertidur karena lelah menangis.
2 bulan setelah kepergian Andre...
“Kar, hari ini tepat 2 bulan Mas
Andre meninggal,” kata Gina.
“Iya, aku mau menengok ke makamnya,”
balasku.
“Aku ikut.”
“Ya, aku juga akan mengajak ‘dia’.”
“Pacar barumu?”
“Iya.”
“Biasanya kalau di novel-novel,
cewek yang ditinggal mati pacarnya bunuh diri karena depresi dan ingin menyusul
kekasihnya,” kata Gina.
“Haha, itu pemikiran anak TK. Apakah
itu yang diharapkannya ketika ia meninggalkanku? Tentu tidak, dia pasti ingin
aku mencari teman baru, pendamping baru, agar aku tidak kesepian karena
kehilangannya. Tapi itu tidak berarti aku melupakannya, sampai saat ini pun aku
tidak bisa menghapuskan cintaku pada Andre,” kataku.
Gina tersenyum padaku. Kami pun
pergi ke makam Andre. Aku akan selalu mendoakannya dalam setiap doaku. Semoga
kau bahagia selalu disana.
Aku sudah punya pengganti Andre. Dia
juga mengerti keadaanku, dia tidak melarangku untuk tetap memiliki perasaan
terhadap Andre. Aku tetap mencintainya walau aku punya kekasih selain Andre.
Aku terlanjur cinta mati kepada Andre.
Ndre,
kalau kita bertemu lagi lain waktu, kita pasti akan jatuh cinta. Tak peduli
berapa kali kita bertemu, aku pasti akan jatuh cinta lagi padamu. Aku takkan
berhenti mencintaimu. Cinta adalah... tekanan abadi.
Akhir yang tragis... R.I.P Mas Andre :(
BalasHapusBitter-sweet. :))
BalasHapus