Rabu, 13 Februari 2013

Tekanan Abadi



“Aku suka kamu,” kata Andre tiba-tiba. “Pacaranlah denganku.”
            “Eh?! Kamu serius?” tanyaku, aku tidak yakin dengan apa yang telah dikatakan Andre padaku.
            “Apa kamu meragukanku?” Andre balik bertanya.
            “Eh, bukan begitu,” jawabku.
            “Lalu kenapa bertanya seperti itu?” tanyanya.
            “Yah... kalau orang ditembak biasanya ngomong gitu kan? Aku sih ikut-ikut aja,” balasku.
            “Haha.. Sekar memang lucu, jadi gimana?” Andre bertanya lagi.
            “Ng... kita ketemuan aja ya, nggak enak ngobrol lewat SMS, sekarang di Simpli Cafe ya, aku tunggu,” kataku.
            Andre mengiyakan. Memang kami ngobrol lewat SMS dan tidak kusangka Andre akan mengatakan hal itu. Aku cukup terkejut dengan hal itu. Akhirnya aku bertemu dengannya di Simpli Cafe, dan aku mengatakan ‘ya’ padanya.
            Aku Sekar, dan ini pacarku Andre. Aku seorang mahasiswi, dan Andre pegawai di sebuah perusahaan. Sejak kita pacaran, Andre selalu mengantar jemputku dari kos-an ke universitas. Aku juga punya teman kuliah sekaligus teman se-kos-anku. Namanya Gina, anaknya kreatif dan lucu. Yah.. cukuplah buat hiburan gratis. Gina berasal dari Jawa Timur, jadi gaya bicaranya agak ‘medok’ dan dia juga yang mengenalkan aku dengan Andre, kakak sepupunya.
            “Kamu serius sama Mas Andre?” tanya Gina.
            “Entahlah, aku juga bingung, kita kan deket udah lumayan lama, aku agak tertarik sih sama dia, tapi kayaknya nggak begitu berarti,” jawabku.
            “Mas Andre beken lho di kantornya, cewek-cewek kantornya banyak yang naksir Mas Andre, sayang Maset kalau kamu lewatin kesempatan berharga ini,” kata Gina.
            “Walau dia terkenal di kantornya dan banyak cewek naksir sama dia, belum tentu aku ngerasain hal yang sama,” balasku.
            “Jadi kamu nggak serius sama Mas Andre?” tanya Gina dengan logat Jawanya yang kental.
            “Bukan gitu...!” jawabku.
            “Lha gimana?” tanya Gina.
            “Tau ah, gelap!” balasku. Aku bingung sendiri soal perasaanku.
            “Udahlah, pulang yuk,” ajak Gina, ia diam sejenak lalu berkata, ”oh iya! Kamu kan dijemput Mas Andre.”
            “Tuh, orangnya udah dateng,” kataku.
            Aku pun diantar pulang Andre. Andre langsung mengantarku ke kos-an karena kita tidak punya janji. Dan Andre juga mengajak Gina. Andre cukup kaya, dia selalu menjemputku naik mobil.
            Sesampainya di kos-an aku masuk ke kamar, dan Gina juga ikut masuk ke kamarku.
            “Ngapain kamu ikut masuk ke kamarku?” tanyaku.
            “Jadi aku diusir?” Gina balik bertanya.
            “Ya enggak sih, tapi apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanyaku.
            “Ngegosipin Mas Andre,” jawab Gina singkat.
            Aku hanya diam.
            “Jadi, kamu sebenarnya cinta sama Mas Andre nggak?” tanya Gina.
            “Nggak terlalu,” jawabku. “Aku bingung soal perasaanku ke Mas Andre, apa aku putus aja ya?”
            “Kenapa?” tanya Gina. Ia mengambil sebungkus kripik kentang dari lemariku lalu memakannya.
            “Entah, sudah 2 bulan pacaran sama Mas Andre tapi rasanya nggak ada yang spesial gitu,” jawabku.
            “Ohh.. santai aja ingat lirik lagunya Tangga, mungkin cinta kan datang karena terbiasa,”  kata Gina sambil terus melahap kripik kentangku.
            “Iyalah, mungkin aku lanjutin dulu aja,” kataku.
            “Nah! Gitwu dwong!” kata Gina. Mulutnya penuh dengan kripik kentang.
            “Eh Gin,” kataku.
            “Ya?” tanya Gina.
            “Itu bungkus kripik kentang kok kosong?” tanyaku.
            “Ah masa?” kata Gina lalu melihat isi bungkus kripik kentang di tangannya. “Nggak kosong tuh, masih ada udara di dalamnya.”
            “Memangnya perut kamu, kayak pompa angin,” balasku.
            “Nggak tuh, aku langsing kok,” kata Gina.
            “Kata siapa?” tanyaku.
            “Pacarku,” jawab Gina.
            “Jelas, pacar kamu kan rabun dekat,” kataku.
            “Iya sih,” balas Gina. “Ya sudahlah, aku balik ke kamar dulu, daaahh...”
            Gina meninggalkan kamarku dan kembali ke kamarnya. Berkat kata-katanya aku jadi membatalkan niatku untuk putus dengan Andre. Tapi satu yang aku baru tahu, yaitu tujuan Gina ke kamarku adalah ‘kripik kentang’ tapi, dari mana dia tahu kalau ada kripik kentang di lemariku? Radar agen Neptunus? Nggak! Jangan samakan ini dengan film Perahu Karet.
            Ponselku berdering. Telepon dari Andre, aku mengangkatnya.
            “Halo,” sapa Andre.
            “Kenapa Ndre?” tanyaku.
            “Sore ini ada acara nggak?” tanya Andre.
            “Nggak, kenapa?”
            “Ke alun-alun yuk, sekalian cari makan.”
            “Mmm.. boleh,” balasku.
            “Ok, aku jemput ya, bye,” kata Andre lalu menutup teleponnya.
            Tak lama kemudian Andre sampai di kos-anku. Ketika Andre hendak masuk, dia dihadang oleh bapak kos. Bapak kos menatapnya dengan tajam.
            “Laki-laki dilarang masuk!” bentak bapak kos.
            “Lantas mengapa Bapak bisa berada di dalam?” tanya Andre.
            “Itu pengecualian,” kata bapak kos.
            “Bagaimana cara mendapatkan pengecualian tersebut?” tanya Andre.
            “Apa maksud kamu?”
            “Nggak jadi deh Pak,” kata Andre. “Kalau saya nggak bisa masuk bisa tolong panggilkan Sekar?”
            “Enak saja kamu merintah saya!” bentak bapak kos.
            “Ya sudahlah, saya panggil sendiri saja.”
            Bapak kos merasa Andre akan masuk ke dalam. Bapak kos memasang kuda-kuda seperti anak yang hendak bermain ‘gobak sodor’ dan menghalangi Andre. Sementara Andre membuka ponselnya dan menelponku.
            “Eh, apa yang Bapak lakukan?” tanya Andre.
            “Menghalangimu masuk,” jawab bapak kos sambil tetap konsentrasi.
            “Siapa yang mau masuk? Saya manggil Sekar lewat telpon kok,” balas Andre.
            “Eh?” bapak kos membubarkan kuda-kudanya. Dia malu dan salah tingkah ketika mengetahui Andre tidak masuk ke dalam.
            Setelah Andre menelponku aku keluar dan berangkat bersama Andre. Sepanjang perjalanan aku memperhatikan wajah Andre. Dia cukup tampan, pantas wanita sekantornya banyak yang menyukainya. Andre juga orang yang polos dan apa adanya. Tapi kepolosannya tidak menggangguku.
            Ketika sampai di alun-alun Andre mengajakku makan. Dia membelikanku sebungkus nasi goreng dan satu lagi untuk Gina. Andre bukan tipe orang yang membosankan, dia selalu punya topik untuk dibicarakan. Sejak saat itu aku sadar bahwa menerima Andre adalah hal yang benar. Mungkin yang seperti dia hanya ada satu dari lima puluh orang. Aku makin menyayanginya.
            Setelah mengajakku makan, Andre mengantarku pulang ke kos-an. Aku biasanya bersikap dingin ketika Andre pulang dari kos-anku, sekarang aku mulai mengucapkan salam padanya seperti ‘Dah’ ‘sampai ketemu besok’ dan sebangsanya.
            Malamnya aku merasa cukup bosan. Gina ke kamarku dan memakan nasi goreng yang dibelikan Andre. Aku mengambil ponselku dan mengirim pesan ke Andre.
            To : Andre
            Bee.. aku kangen banget sama kamu... :*
            Aku senyum-senyum sendiri setelah pesan itu terkirim.
            “Bee?” tanya Gina. Ternyata dia dari tadi memperhatikanku dari belakang.
            “Itu panggilan sayang,” balasku.
            “Iya, aku tau kok. Tapi kenapa harus bee? Emang Mas Andre lebah apa?” katanya.
            “Haha.. ya enggak lah,” aku membalas kata-kata Gina.
            Ponselku bergetar. Andre membalas pesan dariku.
            From : Andre
            Lho.. tadi sore kan kita baru ketemu Bebz. Di alun-alun, beli nasi goreng. Masa kamu udah lupa sih Bebz?
<3 Sekar
            “Bwahahaha.... Mas Andre, Mas Andre,” Gina tertawa terbahak-bahak.
            “Hahaha... Abangmu polos banget,” aku juga tertawa membaca balansan SMS darinya.
Sudah malam, aku menyuruh Andre segera tidur karena dia harus bekerja besok pagi.
            Hari ini aku menjalani hariku penuh dengan semangat. Hari ini aku janji ketemuan dengan Andre jam 8 malam. Selain bertemu dengan Andre aku juga punya urusan lain di luar, jadi sekalian Andre kusuruh mengantarkanku. Aku menanti saat itu, aku sangat rindu dengannya.
            Jam 8 malam. Aku sudah siap dengan segala persiapan kencanku malam ini. Dan turun hujan lebat, jadi kami membatalkan janji ketemu. Aku sangat kesal, kenapa harus turun hujan? Lagipula aku masih punya urusan. Aku tetap harus keluar meski hujan dan tanpa Andre.
            “Haha... kasihan deh si ratu. Udah dandan rapi dan cantik kayak peri, ternyata hujan dan Andre membatalkan janji,” Gina menertawakanku.
            “Aku sebeelll...!!!” kataku kesal.
            “Aku punya pantun untukmu!” kata Gina.
            “Apa?”
            Cicak kecemplung lengo, kadung macak ora sido lungo.”
            “Apa artinya?”
            “Cicak kecebur minyak, terlanjur dandan gak jadi berangkat.”
            “Sial,” umpatku.
            Aku pun tetap keluar dan hujan-hujan untuk menyelesaikan urusanku. Aku benar-benar kesal malam itu. Tetapi aku tetap tidak bisa marah kepada Andre.
            “Maaf, kemarin aku nggak bisa ngantar kamu,” kata Andre pagi ini.
            “Iya, nggak apa-apa kok. Lagipula kemarin itu hujannya deres banget, nggak mungkin kita bisa keluar bareng,” balasku.
            “Kamu nggak marah kan?”
            “Enggak kok,” jawabku sambil tersenyum.
            Masalah ini kuanggap sudah selesai. Kini setiap hari kami bertemu. Keliling kota, belanja, mengantar Andre ke tempat kerja, jalan-jalan, dan lain-lain. Aku makin cinta dengan Andre. Entah aku bisa bosan dengannya atau tidak. Tapi sepertinya tidak, kepolosannya selalu membuatku tertawa, kebaikannya selalu membuatku nyaman bersamanya. Aku ingin bersamanya selamanya. Mungkin dialah cinta matiku.
            Hari ini adalah ulang tahunku yang ke 22. Aku berharap Andre akan mengajakku keluar makan malam, ke alun-alun, atau tempat-tempat lain. Aku keluar dari kamar. Bapak kos berada tepat di depan pintu kamarku.
            “Ada kiriman dari bocah yang namanya Andre,” kata bapak kos.
            “Iya, terima kasih Pak,” balasku.
            Lalu aku membuka bungkusan itu. Isinya sebuah sepatu sneakers dan sepucuk surat. Aku membukanya.
            Sekar, selamat ulang tahun!
            Semoga panjang umurmu, makin sehat, makin cantik, pokoknya lebih baik dari tahun sebelumnya.
            Maaf hari ini aku nggak bisa ketemu kamu. Bos memindahkanku ke luar Jawa. Aku tak bisa menolaknya. Jadi aku harus terbang ke luar Jawa pagi ini juga. Maaf kalau hal ini menghancurkan hari yang seharusnya menjadi hari yang spesial untukmu. Maaf aku tak bisa hadir dan memberi hadiah ulang tahun langsung padamu. Maafkan aku. Kuharap kau mau memaafkanku dan tetap melanjutkan hubungan kita walau harus berhubungan jarak jauh. Kuharap semua tetap berjalan lancar dan tak ada masalah dalam hubungan kita. Saat aku pulang nanti aku akan memberimu kado lagi.
            Tapi, kalau kamu marah dan tidak bisa menerima keadaanku saat ini juga tdak apa-apa. Aku tidak akan memaksamu berhubungan jarak jauh denganku.
                                    ~Andre, always love you Sekar~
            Aku cukup sedih dengan ini. Tapi aku tetap tidak bisa menyalahkan Andre. Hatiku berkata untuk tetap bersamanya walau harus berhubungan jarak jauh. Saat itu juga Gina keluar dari kamarnya.
            “Kenapa Kar?” tanya Gina.
            “Andre ditugasin keluar Jawa Gin,” jawabku.
            “Ohh.. tapi kamu tetep mau nunggu Mas Andre?”
            “Iya,” jawabku. “Jam berapa sekarang?”
            “10,” jawab Gina.
            “Oh! Aku harus lihat drama di TV!”
            “Haah.. ditinggal pacarnya pergi masih sempet aja liat drama,” ejek Gina.
            Aku masuk ke kamar dan menyalakan TV. Gina juga ikut bersamaku. Satu jam kami lihat drama di TV hingga selesai. Setelah drama, TV menampilkan Breaking News. “Sebuah pesawat tujuan Kalimantan tiba-tiba terbakar dan jatuh pukul 8 pagi tadi. Penyebab terbakarnya pesawat belum diketahui. Ada 10 orang korban selamat, 9 meninggal, dan 14 orang lainnya belum ditemukan. Berikut daftar korban meninggal, Heri Setyawan, Titik Noviasari, Mahendra Syahputra, Didiek Gunawan,...”
            “Mahendra.... Syahputra...” aku terkejut mendengar nama itu.
            “Itu kan.. nama Mas Andre...” kata Gina.
            “Nggak mungkin... nggak mungkin Andre meninggal,” air mataku mulai menetes.
            “Kar, Mas Andre...” Gina juga meneteskan air mata atas kepergian kakaknya.
            “Nggak mungkin... Andre udah janji... akan memberiku hadiah ulang tahun ketika dia kembali.. dia akan mengajakku beli nasi goreng di alun-alun lagi... dia akan pergi belanja denganku lagi... apakah semua itu akan terjadi lagi? Gin?” air mataku tak bisa berhenti mengalir.
            “Mungkin enggak,” jawab Gina. Air matanya juga terus keluar.
            Aku memeluk Gina. Aku dan Gina sama-sama merasakan kehilangan. Aku menangis tanpa henti hingga sore. Malam pun menjadi malam hening tanpa Andre. Aku berfikir bahwa aku akan merindukannya, merindukan kepolosannya, kebaikannya, kegokilannya, dan semua yang ada pada dirinya, akan selalu muncul dalam ingatanku. Aku tak bisa menghapusnya.
            Malam ini hujan lagi. Alam seakan mengerti perasaanku. Hujan deras hingga pagi, aku pun menangis semalaman. Hingga aku tertidur karena lelah menangis.
            2 bulan setelah kepergian Andre...
            “Kar, hari ini tepat 2 bulan Mas Andre meninggal,” kata Gina.
            “Iya, aku mau menengok ke makamnya,” balasku.
            “Aku ikut.”
            “Ya, aku juga akan mengajak ‘dia’.”
            “Pacar barumu?”
            “Iya.”
            “Biasanya kalau di novel-novel, cewek yang ditinggal mati pacarnya bunuh diri karena depresi dan ingin menyusul kekasihnya,” kata Gina.
            “Haha, itu pemikiran anak TK. Apakah itu yang diharapkannya ketika ia meninggalkanku? Tentu tidak, dia pasti ingin aku mencari teman baru, pendamping baru, agar aku tidak kesepian karena kehilangannya. Tapi itu tidak berarti aku melupakannya, sampai saat ini pun aku tidak bisa menghapuskan cintaku pada Andre,” kataku.
            Gina tersenyum padaku. Kami pun pergi ke makam Andre. Aku akan selalu mendoakannya dalam setiap doaku. Semoga kau bahagia selalu disana.
            Aku sudah punya pengganti Andre. Dia juga mengerti keadaanku, dia tidak melarangku untuk tetap memiliki perasaan terhadap Andre. Aku tetap mencintainya walau aku punya kekasih selain Andre. Aku terlanjur cinta mati kepada Andre.
            Ndre, kalau kita bertemu lagi lain waktu, kita pasti akan jatuh cinta. Tak peduli berapa kali kita bertemu, aku pasti akan jatuh cinta lagi padamu. Aku takkan berhenti mencintaimu. Cinta adalah... tekanan abadi.

2 komentar: