Jumat, 15 Februari 2013

Gado-Gado Cinta

            Aku Ocha. Dan aku suka dengan kehidupan ini. Jika banyak dari temanku ingin segera mati, maka aku akan berkata ‘Kenapa tidak kau berikan saja sisa hidupmu padaku? Aku masih ingin hidup lebih lama’ dan temanku selalu bingung ketika kukatakan begitu.
            Mengapa aku ingin hidup lama? Jawabannya adalah karena hanya disini aku bisa merasakan asam, asin, pahit, manis, bahkan umami dari kehidupan. Dan akan jadi gado-gado jika semua itu dicampurkan. Bukankah gado-gado itu enak? Begitu juga kehidupan, terutama cinta, sangat menyenangkan. Tapi tidak semua gado-gado itu enak. Kadang keasinan, keasaman, kemanisan, kepahitan, bahkan keumamian (?)
            Aku ingin berbagi sedikit kisah tentang kehidupan cintaku. Semua berawal ketika aku kelas 5 SD. Saat itu memang sedang zamannya di kelasku untuk menyukai teman sebaya yang berlawanan jenis kelamin.
            Aku menyukai seseorang ketika aku duduk di bangku ruang kelas bertuliskan ‘Kelas 5’ saat itu aku belum begitu mengerti tentang perasaan. Aku yang masih anak-anak hanya bisa merasakan kekaguman pada seseorang yang kuanggap menarik. Perasaan itu muncul secara tidak jelas, dan hinggap begitu saja di hatiku. Aku yakin bahwa sinetron dan FTV yang sering tayang di TV ikut peran serta membuatku jadi begini.
            Sialnya, aku merasakan pahit di gado-gadoku yang pertama. Kulihat seorang teman yang juga merupakan teman baikku. Dia dekat dengan orang yang kusukai. Mereka sering bersama. Bahkan ketika rekreasi sebelum lulus SD mereka duduk berdekatan dan kelihatan begitu mesra. Dan sialnya aku juga duduk di dekat situ. Aku yang belum dewasa tidak bisa berbuat apa-apa.
            Semua itu berakhir ketika aku lulus SD. Hingga saat itu perasaanku padanya tak tersampaikan. Aku dan dia bersekolah di tempat yang berbeda. Sekolah yang kududuki saat ini merupakan impianku sejak kelas 5 SD. Jadi tidak mungkin bagiku untuk mengejarnya dan masuk ke sekolah yang sama dengannya.
            Seiring berjalannya waktu, aku pun melupakan perasaanku pada anak itu dan membuka hatiku untuk orang lain. Pada awal kehidupanku di SMP ini, aku merasakan gado-gado yang rasanya asam.
            Aku tipe orang yang suka bergaul. Aku mempunyai banyak kenalan dari kelas lain dari pada teman-temanku. Namun, setiap aku bertemu dengan laki-laki yang membuatku tertarik, selalu saja direbut teman sekelasku.
            Memang kesalahanku. Aku sering membaggakan laki-laki itu di depan teman-temanku sampai mereka tertarik dan minta dikenalkan dengan laki-laki itu. Dan akhirnya temanku yang melakukan pendekatan padanya dan aku tersepak begitu saja. Aku pun berkata dalam hati ‘ASEM banget nih anak!’ hal ini sudah terjadi dua kali secara beruntun.
            Setelah menyantap habis gado-gado dengan rasa asam itu, aku merasakan gado-gado dengan rasa umami. Kau tahu kan kalau umami itu rasanya tidak jelas dan tidak bisa dijelaskan. Seperti yang kurasakan saat menyantapnya. Terjadi kekosongan di hatiku.padahal aku ingin merasakan yang namanya jatuh cinta. Saking parahnya, hampir setiap laki-laki yang kutemui, aku langsung suka dengannya. Parah sekali bukan?
            Di gado-gado umami inilah pertama kalinya aku punya pacar. Waktu itu orang yang baru kukenal menyatakan perasaannya padaku. Aku baru saja berpapasan dengannya sekali, yaitu saat hari terakhir masuk sekolah sebelum liburan.
            Selama liburan dia terus mengirimiku pesan dan menyatakan perasaannya padaku lewat SMS. Tanpa pikir panjang, aku langsung menerimanya sebagai pacarku. Dan ternyata aku merasa tidak nyaman pacaran dengan orang yang tidak benar-benar aku sayangi. Akhirnya aku mengakhiri hubungan kami di hari kedua pacaran. Saat itu aku merasa seperti idiot korban pacar-pacaran. Namun, sejak kejadian itu aku belajar untuk lebih dewasa dalam hal itu.
            Dengan ini gado-gado umami pun berakhir. Hatiku kembali kosong, dan aku akan lebih selektif dan berhati-hati saat memilih orang yang kusukai. Aku tidak ingin kejadian seperti gado-gado umami itu terjadi lagi, menjalin hubungan dengan seseorang tapi tidak sepenuh hati, dan akhirnya menyakiti hati orang tersebut. Terjadi sekali ini saja membuatku merasa seperti orang yang kejam.
            Aku mulai berimajinasi bertemu dengan orang yang kucintai dan bersamanya sambil melihat indahnya pohon sakura. Tapi aku segera sadar bahwa di Indonesia tidak mungkin ada pohon sakura yang tumbuh.
            Setelah umami, gado-gado asin pun tersaji dihadapanku. Kali ini aku merasakan ‘cinta pada pandangan pertama’ dengan seorang pria. Entah kenapa aku bisa menyukai pria itu. Tidak di dekat pohon sakura, melainkan di penjual es buah depan sekolahan. Aku tahu dia berada di organisasi sekolah yang sama denganku, dan dia adalah orang penting di organisasi.
            Kala itu, aku menyimpan perasaanku cukup lama. Aku tidak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku padanya. Aku juga selalu salah tingkah ketika bertemu dengannya. Rasanya benar-benar asin.
            Sejak saat itu aku jadi sering kepikiran si dia, melamun tentang dia, dan lain-lain. Apalagi setelah aku mengetahui bahwa dia sudah punya pacar. Hatiku sakit, rasanya seperti meteor yang tidak habis terbakar dan jatuh tepat di tubuhku. Aku jadi sering galau sendiri. Padahal, aku harus fokus belajar apalagi ketika sedang banyak ujian. Hal itu jelas sangat mengganggu buatku. Dalam rangka mengusir kegalauan dalam diriku, aku pun memberanikan diriku untuk menyatakan perasaanku padanya. Aku merasa lega dan lebih ringan untuk melupakan perasaanku padanya. Dan kita tetap berteman. Dia dengan kehidupan yang dia miliki, dan aku dengan kehidupan yang kumiliki.
            Kini, piring hatiku kosong tanpa gado-gado diatasnya. Benar-benar kosong karena tidak seorang pun mengisi hatiku.
            Aku mulai menjalani kembali kehidupan normal anak SMP. Belajar giat dan melupakan sejenak tentang cinta yang selama ini memberatkan pikiranku. Hingga aku merasakan aura aneh dan atmosfir yang berbeda dari seseorang.
            Aku mulai mencari banyak teman sesekolah mulai dari kakak kelas hingga adik kelas. Aku pun menjelajahi dunia maya. Mulai dari Facebook, Twitter, dan mencari nomor HP dari setiap anak terutama pria. Rasanya semakin dekat, dan kelihatannya dia adalah kakak kelasku. Dari semua orang yang kukenal, ada satu orang yang sangat perhatian padaku. Dan ternyata benar dia adalah kakak kelasku. Kita sering berkirim pesan, chatting, curhat-curhat, dan lain-lain. Bahkan kita sempat bertukar ponsel untuk sementara.
            Bukan sekedar suka, tapi aku sudah sayang padanya. Aku ingin dia yang mengisi kekosongan di hatiku. Akhirnya, bertepatan dengan hari jadi sekolahku, kami resmi sebagai sepasang kekasih.
            Dia merupakan pendengar setia dari imajinasi-imajinasi gilaku. Dan dia juga tidak senormal pacar yang biasa orang lain cari. Kami sama-sama memiliki imajinasi tinggi dan ide-ide gila yang selalu membuat kami tertawa sendiri. Tapi ada satu yang tak kumengerti, setiap selesai bercanda dan tertawa lepas, kami selalu lupa akan hal yang membuat kami tertawa. Sadar bahwa tidak mungkin mengingatnya aku tidak mempermasalahkannya.
            Walau gila dan berimajinasi tinggi, dia adalah orang yang spesial, yang mengisi hatiku dikala kosong, dan menawarkan gado-gado cinta yang manis, walaupun aku sendiri tidak tahu bagaimana rasanya gado-gado manis.
            Setelah merasakan berbagai rasa dari gado-gado cinta mulai dari yang tidak enak hingga yang enak. Aku sadar bahwa kehidupan cinta nyata itu tidak sesimpel kehidupan cinta telenovela yang biasa tanyang di TV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar