Sabtu, 07 April 2012

Pengrusakan Hutan Mangrove


Di Riau, sekitar 6 pulau telah tenggelam akibat abrasi air laut. Keenam pulau itu adalah Nipah, Barkih, Raya, Jenir, Desa Muntai dan Sinabo. Tenggelamnya pulau-pulau itu adalah akibat eksploitasi hutan mangrove yang membabi-buta di Riau.
Di Jawa Tengah, kerusakan hutan mangrove diperkirakan sekitar 90% dari total hutan mangrove yang ada di pantura Jateng. Kerusakan itu terjadi di 7 kabupaten yaitu Rembang, Demak, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Kota Tegal, dan Brebes. Abrasi pantai akibat pengrusakan mangrove di tujuh daerah tersebut adalah sekitar 5.400 hektar.
Di Bekasi, dari sekitar 15.000 hektar hutan mangrove yang ada, kini tinggal hanya sekitar 600 hektar saja yang tersisa. Pengrusakan itu disebabkan oleh pembabatan hutan oleh masyarakat sekitar dan juga oleh pemukiman.
Dan masih banyak contoh lain pengrusakan hutan mangrove di Indonesia.
Apa artinya itu semua ?
Jika hal itu dibiarkan, dalam beberapa puluh tahun kedepan, hutan mangrove di Indonesia akan tinggal kenangan. Dan Indonesia, yang menjadi surga mangrove terbesar didunia, akan merasakan akibat yang sangat parah dari rusaknya ekosistem mangrove itu.
Harga yang dibayar akibat perusakan teramat sangat mahal dibandingkan harga sebuah konservasi.
perusakan hutan mangrove
Sumber-sumber pengrusakan hutan mangrove antara lain :
  • usaha tambak udang
  • penebangan kayu dan logging
  • penambangan minyak lepas pantai
  • pencemaran bibir pantai
  • tourism
  • urbanisasi dan perluasan wilayah
  • pembangunan jalan dan infrastruktur

Contoh paling nyata adalah Jakarta. Sejak pembangunan bandara Soekarno Hatta di perbatasan utara Jakarta-Tangerang, ribuan hektar hutan mangrove di kawasan itu harus dibabat. Belum lagi dengan pembangunan jalan tol yang menghubungkan bandara dengan kota Jakarta yang membelah ekosistem hutan mangrove. Hal ini masih ditambah dengan pembangunan tower-tower iklan dan ekspansi masyarakat urban yang semakin membuat hutan mangrove di utara Jakarta makin merana.
Dari kawasan Cengkareng, Muara Angke, Pluit, Kapuk-Penjaringan, Ancol, sampai Cilincing-Marunda, kita bisa menyaksikan bahwa hutan mangrove ditebang demi beberapa kepentingan bisnis. Kita ambil contoh Kawasan Cagar Alam Muara Angke (yang sebagian besar adalah ekosistem hutan mangrove) yang sebagian besar lahannya dipakai untuk kepentingan bisnis properti tanpa menghiraukan kegunaan lahan tersebut sebagai penahan abrasi air laut dan penahan intrusi air laut ke daratan. Belum lagi dengan habitat fauna yang akhirnya harus tersingkir dari situ.
penebangan hutan mangrove
Dan kita hanya bisa meringis menyaksikan ternyata intrusi air laut di kota Jakarta semakin hari semakin luas. Bahkan Walhi dan Pemda Jakarta saling berbantah tentang jangkauan intrusi air laut di kawasan Jakarta. Tentunya selain penggunaan air tanah yang semena-mena di Jakarta, intrusi itu juga disebabkan oleh makin berkurangnya ekosistem hutan mangrove di utara Jakarta yang berfungsi menahan intrusi tersebut.
Lalu ?
Selamatkan Ekosistem Hutan Mangrove. Demi lingkungan bumi, demi anak cucu manusia, demi masa depan planet ini, dan demi bumi yang lebih bersahabat bagi manusia.
Beri dukungan (moral dan material) pada usaha-usaha yang bertujuan menjaga kelestarian hutan mangrove, baik itu di dunia maupun di Indonesia. Beri dukungan bagi kebijakan-kebijakan pelestarian hutan mangrove dan lawan segala bentuk eksploitasi hutan mangrove demi kepentingan ekonomi.
Berikan pendidikan pelestarian lingkungan sejak dini. Dan ajarkan bahwa pelestarian hutan [mangrove] adalah salah satu cara membuat bumi semakin baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar