Hi, pembaca...
barusan saya nemu cerita bagus nih, kisahnya tentang 3 orang sahabat, tapi yg satu gak begitu diceritakan, paling cuma disebut namanya doank. Cerita ini lumayan mengharukan #bagi orang" kalo aku sih biasa aja. aku nemu cerita ini dari twitter, ada orang yg share cerita ini #bagi yg mau follow saya @worldofocha
ok, ini dia ceritanya!
Setelah sekian lama, baru malam
ini aku memimpikanmu. Saat aku terjaga, aku merindukanmu. Rasanya,
semuanya baru kemarin saja kita bertemu. Aku menjadi rindu saat-saat
dimana kita pernah mengukir sejarah persahabatan kita. Sejarah yang
mungkin tidak akan dikenang oleh dunia. Tapi aku tetap mengenangnya.
Mengenang dengan air mata.
“Seorang sahabat menaruh kasih
setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Kalimat ini
yang selalu kamu katakan padaku. Aku bangga punya sahabat sepertimu.
Kamu adalah sahabatku yang terkadang juga menjadi motivator, guru dan
konselor pribadi bagiku.
Aku baru menyadari bukan
kedekatan dan keakraban yang membuat kita bersahabat tapi hanya karena
kasih. Yah… Kamu mengasihiku dan aku juga mengasihimu. Hanya ada satu
kata yang meampu menggambarkan persahabatan kita yaitu kasih.
Kamu itu seperti bayanganku
saja. Di mana ada aku di situ juga kamu ada. Perbedaan yang kita miliki
tidak dapat menjadi benteng bagi kita untuk menjadi sahabat. Kadang aku
berpikir kenapa dan mengapa seorang Nicholas yang pendiam, sabar,
dewasa, pintar dan rapi bisa memiliki seorang sahabat yang bernama Dewa
Klasik yang childish, isengnya yang gila banget, urakan, narsis stadium
tingkat tinggi dan tempramen tinggi. Aku sendiri tidak tahu, kapan dan
di mana kita pertama kali menjadi sahabat.
Mungkin persamaan yang kita
miliki hanya ada dua yaitu kita sama-sama ganteng dan memiliki banyak
penggemar wanita. Ha…ha…ha…ha… Bukan satu kebetulan Tuhan mempertemukan
kita. Kita bisa saling mengenal dan mengisi setiap lubang-lubang
kelemahan yang kita miliki dengan hal-hal yang membangun. Dulu kita
sering bertiga, namun kita hanya berdua setelah Xafier meninggal dunia
karena kecelakaan.
Aku masih ingat sewaktu aku
bolos di jam pelajarannya Ibu Melisa yang anak-anak juluki si Mrs.
Killer. Kamu ikut-ikutan bolos juga waktu itu.
“Nicho, loe ngga usah ikut-ikutan bolos kayak gua!”
Kamu menatapku dengan tajam seperti rajawali yang memantau mangsanya begitu mendengar ucapanku waktu itu.
“Loe tau ngga, kenapa gua ikutan
bolos? Dalam hidup gua, baru sekali ini bolos. Dan gua ngga menyesal
melakukannya,” katamu dengan penuh wibawa. Aku hanya menjawab dengan
menggelengkan kepala seperti anak kecil yang dimarahin orang tuanya.
“Gua takut kalau sahabat gua satu-satunya, masa depannya akan hancur!”
“Maksud loe? Gua ngga ngerti!” Aku bertanya dengan kebingungan. Aku benar-benar tidak mengerti maksud ucapanmu saat itu.
“Gua ngga pengen loe melakukan sesuatu yang bisa merusak diri loe dan masa depan loe.”
“Tapi…Gua bukan anak kecil lagi!”
“Justru karena loe merasa diri
loe bukan anak kecil lagi dan udah dewasa, loe akan melakukan hal-hal
bodoh dan dengan seenaknya hanya dengan alasan loe bukan anak kecil
lagi. Loe harus ingat, Kalau ada jalan yang disangka lurus tetapi
ujungnya menuju maut. Ingat satu hal lagi, kalau jalan orang bodoh lurus
dalam anggapannya sendiri tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.”
Aku merenungkan ucapanmu. Aku
berpikir dan menemukan satu kebenaran dari kalimat yang kamu sampaikan
padaku. Detik berikutnya aku memberikanmu sebuah senyuman termanis yang
pernah aku punya. Senyuman itu hanya untuk kamu seorang. Kamu mau
bungkus senyuman itu juga ngga apa-apa kok!!! He…he…he…
“Kenapa loe mau menjadi sahabat gue?” tanyaku iseng karena tidak bahan pembicaraan lagi.
“Karena tidak ada orang yang mau menjadi sahabat loe. Makanya gua kasihan dan mau jadi sahabat loe.”
Aku langsung menonjok keras bahu kananmu.
“Auwww!!! Sakit tau. Kalo mukul, jangan yang keras-keras dong?”
“Kalo ngga keras tuh bukan mukul namanya tapi belaian.”
Spontan, kita berdua tertawa lepas.
“Alasan gue mau menjadi sahabat
loe karena loe berharga bagi gue. Loe berharga hanya karena loe ada.
Bukan karena apa yang loe lakukan atau apa yang telah loe lakukan tapi
hanya karena diri loe sendiri apa adanya. Loe harus tau kalo loe adalah
ciptaan Tuhan yang unik dan loe di ciptakan dengan sebuah tujuan.”
Sampai hari ini aku tidak tahu
dari mana kamu yang masih 16 tahun menemukan kalimat itu. Tapi aku yakin
itu lahir dari hati kamu yang paling dalam. Aku rindu mendengar suaramu
dan mendengar setiap kata-katamu yang selalu menguatkanku. Aku tahu…
Aku tidak akan pernah bisa mendengar suaramu yang berwibawa dan senyuman
tipismu yang penuh ketenangan dan kedamaian. Tapi aku bisa merasakan
kalau kamu selalu hadir dalam setiap kerinduanku. Kayak film India aja!
He…he…he.. Aku yakin sebuah persahabatan tidak di batasi oleh ruang dan
waktu.
#####
Dengan air mata yang terus
mengalir aku memandangmu. Aku memegang tanganmu karena aku takut kamu
pergi meninggalkanku. Inilah pertama kalinya aku merasakan ketakutan
ketika berada di sisimu. Aku benar-benar seperti anak kecil yang takut
di tinggalkan ibunya.
“Kenapa loe menangis?” kamu
bertanya dengan lemah. Kamu berusaha mengumpulkan semua kekuatan yang
kamu punya waktu itu hanya untuk berbicara denganku.
“Gua takut…”
Dengan cepat kamu memotong kalimatku. “Loe ngga usah takut. Ingat, keberanian adalah ketakutan yang telah mengucapkan doanya.”
Aku hanya bisa membayangkan saat
itu, bagaimana harus menyambut sang fajar bila tidak melihat bola
matamu yang lucu seperti boneka. Bukan cuma itu, siapa yang akan
mentraktirku kalau aku lagi tidak punya uang? Ha…ha…ha…
“Ketika semua harapan pergi dan
impian hilang bersama dengan hati loe yang kosong, loe harus ingat Tuhan
akan berbicara melalui kesunyian bahwa “kamu tidak sendirian”. Ejekan
hidup akan selalu ada. Sahabat terbaik loe menanti di dekat loe kalo
saja loe butuh pertolongan. Itu bukan gue tapi Dia adalah Yang Maha
Hadir. Dewa… Gua mau besok loe mengambil surat yang gua titip di nyokap
gua.” Katamu lemah lalu tersenyum tipis. Detik berikutnya senyumanmu
menghilang bersama dengan pejaman matamu.
“Nicholas!!!!!” Aku berteriak keras saat menyadari kamu sudah pergi selama-lamanya karena leukemia yang bersarang di tubuhmu.
“Loe ngga boleh pergi. Besok gue ulang tahun. Gue kan udah janji potongan pertama kue ulang tahun gue buat loe.”
Tidak ada yang bisa membendung
isakan air mata dan teriakan histerisku. Hanya yang pernah mengalami
kehilangan orang terdekat yang bisa memahami dan mengerti rasa “hilang”
itu. Sampai hari ini, aku masih merasa kehilanganmu, sahabat.
#####
Aku masih ingat satu kejadian di lapangan basket sekolah.
Kamu bergegas menghampiri aku yang sibuk men-drible bola sendirian di hall basket.
“Dewa…Loe naksir Clarisa kan?” kamu bertanya setelah mendekatiku.
“Clarisa siapa?”
“Clarissa Tanoesoedibjo”
“Loe tau dari mana? Ngaco loe…”
“Mau tau aja. Pokoknya Ada deh!”
“Ha…ha…ha… Sembarangan aja loe. Jangan bikin gosip. Ntar fans-fans gua pada kabur semua.”
Kamu langsung cengar-cengir lalu merampas bola basket dari tanganku lalu kamu mendriblenya.
“Gua ngga marah kok kalau loe
jujur dan mau ngaku. Menurut gua tuh anak emang cakep. Pantas aja di
jadi kembang sekolah. Ha…ha… ha… Udah gitu gaul, baik dan bertalenta
lagi. Satu lagi, dia suka nulis kayak loe tuh. Kayaknya dia cocok buat
loe.”
Aku hanya diam.
“Loe mau ngga jadian ama Clarissa?” kamu bertanya degan tegas.
“Jadian? Yang benar aja! Loe jangan asal ngomong! Dia mah hanya sekadar teman sekelas aja.”
“Hei… Loe napa sih? Kok loe ngga mau jadian ama Clarissa. Tenang aja, gua bisa comblangin loe ama dia.”
“Nicho! Gua kenal loe bukan kemaren. Kita udah saling kenal sejak TK. Gua tau kalo loe juga naksir Clarissa kan?”
Kedua bola matamu menatapku dengan pandangan yang penuh keheranan dan takjub.
Bel sekolah berbunyi dan membuat anak-anak yang berada di hall basket segera membubarkan diri.
“Gua emang naksir dia sejak lama tapi gua akan mengalah buat loe.”
“Ngga! Biar gua yang ngalah!” Ucapmu.
“Yang benar aja loe?!! Kalo gitu
kita tetap jomblo aja. Adilkan? Loe rugi, gue juga. Loe jomblo, gue
juga.” Kataku mencoba memberi solusi.
“Ngga mau. Pokoknya, loe harus jadian ama Shella karena dia suka ama loe juga.”
Aku mentapmu. “Tapi…Bagaimana dengan loe?”
“Ngga usah dipikirin. Ntar gua ketemu juga ama bidadari yang lebih cantik di Surga!”
“Emang loe beli tangga berapa banyak buat ketemu bidadari loe di Surga sana?”
“Ha…ha…ha…”
Setelah itu aku langsung
beranjak untuk meninggalkan lapangan basket tapi dengan cepat seperti
kilat kamu mengacak rambut jabrikku lalu berlari kencang. Mendapatkan
perlakuan seperti itu aku langsung mengejarmu sampai masuk ke dalam
kelas.
“Ingat, nanti kalo gua jadian
ama Clarissa bukan berarti dia pacar loe juga,” bisikku di kupingmu
dengan ngos-ngosan saat duduk dibangku kelas.
#####
Aku berdiri terpaku di
tengah-tengah kamarmu. Tidak ada yang berubah. Semuanya masih seperti
yang dulu. Tdak terasa sudah 8 tahun kamu di Surga. Sementara aku disini
melewati jalan kehidupan yang panjang dan penuh dengan onak dan duri.
Aku sering bertanya, “di manakah
letaknya Surga itu?” Aku ingin mengunjungimu di sana untuk melepaskan
rasa rindu dan mendengar suaramu dan Xavier.
Nicholas… Belum ada yang bisa
menggantikan posisimu dan Xavier sebagai sahabat dalam hidup ku selain
Tuhan tentunya. Hari ini aku baru sempat datang ke kamarmu untuk
mengambil kado ULTAH yang sudah kamu siapkan jauh-jauh hari sebelum
kepergianmu.
Pandanganku tertuju kamar mandi yang ada di sudut kamarmu. Ada satu memori yang tersimpan rapi di pikiranku.
“Dewa…Ngapain sih loe di dalam lama-lama?”
“Mandilah!”
“Kok lama banget! Buruan…”
“Sabar dikit kenapa sih?”
“Gua sih bisa sabar tapi nih perut ngga mau kompromi. Barengan aja ya? Gua udah ngga tahan nih!”
“Ngga mau!”
“Bukannnya waktu kecil kita sering mandi bareng?”
“Itu dulu. Sekarang ngga!!!!”
Dalam hitungan detik aku langsung keluar hanya dengan handuk. Dengan buru-buru aku bergegas menjauh dan kamu pun langsung masuk.
“DEWA!!!!!”
“Gua ngga tuli kali. Ngga usah pake teriak.”
“Loe habis BAB, kenapa ngga di siram?”
“Loh, bukannya loe nyuruh gue
buru-buru. Saking buru-burunya, gua lupa! Di siramin aja. Anggap aja itu
kayak punya loe. Ha…ha…ha…”
“Arrrghhhhhh…..”
#####
Aku menghampiri meja belajar mu
dan melakukan hal yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku
mengambil sebuah amplop berwarna biru muda yang bertulikan “ULTAH KE
24?.
Aku tidak pernah berhenti
berpikir untuk apa kamu menulis surat yang begitu banyak untukku? Ada
yang harus aku baca saat menikah, saat putus dari pacar, saat putus asa,
saat menjadi seorang suami termasuk untuk setiap ulang tahunku.
Aku membuka amplop yang sudah ada di genggaman tanganku dan membaca isinya.
To : My best friend….
Happy birthday to you!!!
Loe udah 24 tahun ya sekarang!
Ingat loe bukan anak kecil lagi. Loe adalah pria yang beranjak dewasa.
Gua harap loe bisa menjadi pria yang dewasa dan matang. Pria yang terus
menuju kepada arah kesempurnaan meski manusia tidak ada yang sempurna.
Oh…ya, Gua punya kado buat loe. Loe bisa mengambilnya di lemari biru
samping lemari baju gua. Ambil yang bertuliskan “ULTAH KE 24?. Hanya itu
yang bisa gua berikan buat loe. Gua yakin kado itu akan ada banyak
manfaatnya. Yang pasti isinya bukan majalah playboy. Ha…Ha…Ha… Oh, ya…
Selanjutnya pake kamu dan aku aja ya…. Biar enak bacanya…
Dewa…
Sadarilah bahwa hidup penuh
dengan kejutan – kejutan, namun banyak diantaranya begitu menyenangkan.
Jika kamu menghindarinya terus menerus, kamu akan kehilangan separuh
dari kegembiraannya. Harapkanlah kejutan – kejutan itu dengan penuh
gairah.
Ketika kamu bertemu tantangan –
tantangan, sambutlah dengan suka cita. Mereka akan membuatmu lebih
bijak, lebih kuat dan lebih mampu daripada sebelumnya. Saat kamu membuat
kesalahan, bersyukurlah akan pelajaran yang diajarkannya. Pahamilah
pelajaran – pelajarannya dan gunakan untuk membantumu meraih impian –
impian hidupmu.
Dan.. selalu patuhilah hukum –
hukum Tuhan. Saat kamu mengikuti hukum – hukumNya, hidupmu akan
bertumbuh. Jika kamu pikir bisa mendapatkan lebih dengan melanggar hukum
– hukumNya, kamu hanya membodohi dirimu sendiri.
Yang tak kalah pentingnya adalah
membuat keputusan secara jelas dan pasti akan apa yang sesungguhnya
benar – benar kamu inginkan dalam hidup ini. Selanjutnya biarkan pikiran
dan perasaanmu fokus padanya dan lakukan usaha untuk mempersiapkan
dirimu supaya layak menerimanya.
Namun bersiaplah juga untuk
mengakhiri suatu masa dalam kehidupanmu untuk memasuki sebuah masa yang
baru. Seperti halnya kamu tumbuh seiring waktu, kamu akan membutuhkan
sepatu dengan ukuran yang lebih besar. Oleh karena itu persiapkan dirimu
untuk sebuah akhir sebaik persiapanmu untuk menyongsong sebuah awal
yang menantang.
Dewa….
Kadang kala kita juga harus
berani berjalan dari suatu keadaan yang tidak asing menuju ke wilayah –
wilayah yang asing dalam hidupmu. Hidup tidak hanya tentang mencapai
sebuah puncak saja. Sebagian darinya adalah tentang bergerak dari satu
puncak ke puncak berikutnya. Jika kamu terlalu lama beristirahat, maka
kamu akan tergoda untuk berhenti dan keluar dari permainan. Tinggalkan
masa lalu di masa lalu, Dakilah gunung berikutnya dan nikmati
pemandangannya.
Ketika sebuah kemarahan, dendam,
keyakinan, atau sikap menjadi berat, ringankanlah bebanmu. Buang semua
hal yang membuatmu emosimu dan spiritualmu terpuruk. Buang semua sikap
yang menyakitkan yang memperlambat jalanmu dan membuang – buang
energimu.
Ingatlah bahwa keputusan –
keputusanmu akan mengakibatkan kesuksesan – kesuksesanmu atau kegagalan –
kegagalanmu. Oleh karena itu pertimbangkanlah diantara jalan – jalan
yang ada di depanmu dan putuskan jalan mana yang akan kau tempuh.
Kemudian percayalah pada dirimu, bangkitlah dan melangkahlah.
Jangan lupa untuk berhenti
sejenak. Itu akan memberimu kesempatan untuk memperbarui komitmentmu
terhadap impian – impianmu dan memperbaiki persepsimu terhadap hal – hal
yang terbaik bagi dirimu.
Yang paling penting dari semua
itu, pantang menyerah. Seorang yang akhirnya menjadi pemenang adalah
seorang yang memutuskan untuk menang. Berikan dalam kehidupanmu apa yang
terbaik yang kamu bisa dan kehidupan akan memberikan kembali hal yang
terbaik padamu.
Sahabatmu….
Nicholas.
Selesai membaca
surat tersebut aku langsung mencari kado yang telah kamu sediakan
buatku. Dengan perlahan aku membuka bungkusannya dan menemukan sebuah
buku berjudul “Love Sucks” yang telah ditandatangani langsung oleh
pengarangnya, @BudiyantoParma dan koleksi foto kita bertiga bersama
Xafier.
Aku terharu
mendapatkan kado darimu. Aku akan menulis kisah-kisah tentang
persahabatan kita, antara aku, kamu dan Xafier pada dunia. Biar dunia
tahu kita pernah bersahabat sampai maut menjemput. Meski persahabatan
kita berakhir dengan air mata duka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar