Rabu, 21 September 2011

kisah pemulung

Masjid Raudatul Mu'minin nampak lengang di pagi menjelang siang itu. Hanya beberapa orang yang menumpang istirahat dengan tiduran di serambinya. Waktu dzuhur masih lama. Sementara diluar pagar masjid ada beberapa pedagang kaki lima berjualan. Mereka betah berjualan di situ karena jalan di depan masjid termasuk jalan yang ramai. Selain itu masjid itu terletak tidak jauh dari pasar.

Tiga orang pria masuk ke kawasan masjid dan duduk di serambinya. Pria pertama berbaju rapi dengan kemeja lengan panjang lengkap dengan dasinya dan membawa sebuah tas. Pria kedua hanya memakai kaus lengan pendek bercelana jins. Dan pria ketiga nampak lebih kusut. Bajunya nampak lusuh dan ada sedikit bagian yang sobek.

Sebenarnya mereka tidak saling mengenal. Dan mereka hanya kebetulan bertemu di situ. Mereka bertiga saling memandang dan melempar senyum seadanya. Pria pertama memulai percakapan.

"Hari ini sangat panas ya mas?"

"Iya betul" sahut pria kedua.

"Alhamdulillah matahari masih rela berkorban dengan membakar dirinya demi menyinari kita" timpal pria ketiga.

"Oh iya mas-mas ini dari mana?" tanya pria pertama.

"Kalau saya barusan dari kampus. Kalau mas sendiri?" pria kedua balik bertanya.

"Saya baru pulang dari kantor" kemudian kedua pria tersebut memandang ke arah pria ke tiga. Pria ketiga merasa dipandangi lalu berkata.

"Kalau saya dari tempat pembuangan sampah habis memulung" jawabnya pria ketiga. Sementara pria pertama dan kedua hanya mengangguk-angguk. Dari raut muka mereka bertiga menyimpan permasalahan-permasalahan tersendiri. Lalu pria pertama berkata lagi.

"Saya benar-benar sial hari ini. Dan saya merasa hidup saya penuh kesialan. Rasanya saya sudah tidak mempunyai apa-apa. Kemarin rumah saya disita oleh bank karena saya tidak bisa melunasi kredit pembangunan rumah hingga batas waktu yang ditentukan. Dan hari ini saya harus dipecat dari kantor saya karena kantor saya sedang ada perampingan karyawan. Nasib saya benar-benar malang. Tidak ada yang lebih malang dari nasib saya." begitu pria pertama bercerita tentang kehidupannya yang penuh kesialan. Pria kedua langsung menyahut.

"Ah itu belum apa-apa. Kalau saya lebih sial lagi. Saya masih muda namun harapan hidup saya sudah hancur berantakan. Ayah dan ibu saya bercerai. Ayah selingkuh dengan teman sekantornya, begitu juga ibu selingkuh dengan seorang pria muda yang umurnya lebih muda dari saya. Keluarga saya pun hancur berantakan. Dan hari ini saya harus menerima kenyataan saya di-DO pihak kampus karena saya sudah tiga kali tidak lulus dalam tiga semester terakhir. Dan barusan tadi saya melihat kekasih saya sedang bermesraan dengan seorang pria yang tidak lain adalah sahabat saya sendiri. Coba bayangkan tidak ada manusia paling sial melebihi saya."

"Wah sial sekali nasib kamu" tukas pria pertama.

"Ya begitulah. Oh iya kalau cerita hidup mas bagaimana?" sekarang pria kedua bertanya kepada pria ketiga.

"Cerita hidup saya tidak kalah malang sebenarnya dengan kalian berdua. pada saya berumur sepuluh tahun ayah saya menceraikan ibu saya. Dan sejak itu saya hanya hidup berdua dengan ibu saya. Ibu saya harus banting tulang bekerja demi menyekolahkan saya dengan menjadi tukang cuci pakaian. Dan akhirnya ibu tidak kuat. Saya masuk SMA ibu sudah mulai sakit-sakitan dan akhirnya beliau meninggal saat saya masih duduk duduk kelas 2 SMA. Akhirnya karena tidak ada biaya saya pun keluar dari sekolah. Saya akhirnya bekerja di sebuah bengkel. Dua tahun saya bekerja di bengkel akhirnya saya menikah dengan seorang gadis. Dan saya dikaruniai seorang putera. Saat itu saya mengira hidup saya akan mulai mapan dan damai. Tapi Allah berkehendak lain. Cobaan kembali menerpa. Saya difitnah hendak melakukan pencurian terhadap motor yang dititipkan untuk diperbaiki di bengkel tempat saya bekerja. Dan saya tidak bisa mengelak karena saya dijebak.

"Saya akhirnya ditangkap polisi dan divonis tujuh tahun penjara. Selama di penjara saya tidak pernah diberi remisi. Setelah tujuh tahun saya menjalani hukuman saya kembali menghirup udara bebas. Dan saya ingin kembali membina rumah tangga saya yang telah saya tinggal selama tujuh tahun. Namun malang tidak dapat saya tolak. Isteri saya telah menikah lagi dengan pria lain. Dan anak saya ditelantarkan di panti asuhan. Dengan membawa kekecewaan mendalam karena telah dikhianati isteri saya mengambil anak saya di panti asuhan dan berusaha menghidupinya semampuku. Saya pun memilih menjadi pemulung untuk menghidupi anak saya itu. Dan baru dua hari yang lalu anak saya semata wayang itu meninggal karena deman berdarah. Sekarang aku hidup sebatang kara di kota ini. Bagitu cerita saya." kedua pria yang dari tadi mendengar cerita itu tidak terasa meneteskan air mata. Mereka tidak kuasa menahan haru mendengar cerita si pria ketiga itu. Namun pria ketiga yang seorang pemulung itu tidak menangis sama sekali. Wajahnya tetap cerah. Senyumnya seperti senyum seorang jenderal yang hendak bertempur melawan musuh.

"Ternyata nasib anda benar-benar malang." kata pria pertama.

"Iya benar" pria kedua mengiyakan.

"Kita adalah segelintir manusia yang sial dan habis harapan untuk hidup bahagia. Saya merasa tidak punya apa-apa lagi yang bisa di harapkan." kata pria pertama.

"Saya juga. Saya masih muda namun masa depan saya gelap. Semua nampak hitam di mata saya." sahut pria kedua.

"Saya tidak memang tidak lagi memiliki harta, rumah, isteri, dan anak. Namun saya sangat bersyukur karena saya masih punya sesuatu yang masih bisa saya andalkan dalam hidup saya"

"Wah apa itu?" tanya pria pertama.

"Saya masih punya iman di hati. Sungguh tidak ada anugerah yang lebih indah dan besar dari iman di hati." kata pria ketiga sambil tersenyum menatap matahari yang makin garang menyorot dunia

Adzan dzuhur berkumandang. Pria ketiga itu langsung bangkit. "Ayo kita berwudhu dan sholat dzuhur berjama'ah!" ajaknya. Dia pun bangkit menuju tempat wudhu. Sementara pria pertama dan kedua hanya tercengang melihat ketegaran pria ketiga.

        kita dapat mengambil hikmah dari cerita diatas, bahwa kita tidak boleh menyerah dalam menghadapi hidup di dunia ini, meskipun kita tertimpa masalah / musibah yang sangat berat kita tetap harus sabar dalam menghadapinya dan selalu bersyukur atas apa yang telah allah berikan kepada kita semua, semoga kita selalu menjadi hamba allah yang beriman.Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar